Translation · Uncategorized

Lost You Forever Chapter 1

First at all before I make the translation of Tong Hua novel, lost you forever. I would like to credit ms koala from (koalasplayground.com) whom very generous to translate from Chinese to English so it really big help for me to re-translate to my own language Bahasa Indonesia.

Terjemahan ini, mungkin tidak memiliki keakuratan 100% karena saya bukan penerjemah profesional. Selain itu, terjemahan ini saya buat hanya sebatas buat fun saja. Terjemahan ini adalah murni dari hasil kerja saya sehingga jika ada yang ingin memposting kembali atau copas, tolong di credit atas milik saya.

 

 

Buku 1

Chapter 1 人生忽如寄 Kehidupan yang pendek seperti perhentian yang singkat

Hari itu hampir sama dengan ribuan hari yang telah lalu.

Beberapa ayam jantan berkokok dan perlahan-lahan terdengar suara orang yang menandakan kehidupan di kota Qing Shui. Lao Mu yang berasal dari klinik Hui Chun bergegas mengambil daging domba segar dari penjagal (tukang daging) Gao. Dua orang pembantu sibuk memulai usaha dari awal hari.

Dokter kota yang bernama Wen Xiao Liu (xiao liu) menikmati semangkuk rebusan daging domba di tangannya dan sepotong biskuit di tangan lainnya, berjongkok membungkuk di halaman belakang makan dengan berisik. Melewati tanah lapang dimana tanaman pengobatan di tanam, diantaranya ada jalanan kecil yang menuju sebuah sungai. Matahari baru saja terbit dan memancarkan sinar ke emasan di permukaan sungai. Berbagai bunga mekar di sisi lain di tepian sungai, burung-burung pada berterbangan dan mendarat, memperlihatkan pemandangan indah. Xiao liu mengagumi pemandangan sambil berpikir untuk menangkap beberapa angsa-angsa yang montok dan kelihatan enak untuk di bakar.

Setelah beberapa rebusan berada di dalam perutnya, dia meletakan mangkuk kotor di dalam ember di samping pintu dimana mangkuk-mangkuk kotor sebelumnya berada. Dia mengangkat ember dan meletakannya di dekat sungai untuk di cuci. Terdapat sesosok bayangan hitam mengapung di samping tepian sungai dan itu tidak begitu jelas burung apa tersebut. Wen Xiao Liu meletakan ember dan memunggut sebuah batu untuk di lemparkan. Batu itu mengenai bayangan hitam tetapi tidak ada yang bergerak.

Wen xiao liu tertegun, kapan dia pernah melempar begitu akurat? Dia berjalan mendekati dan melihat bahwa itu bukan burung melainkan sosok orang. Secepat mungkin, wen xiao liu berbalik dan berjalan menuju tepian sungai untuk mencuci mangkuk kotornya, seolah-olah dia tidak melihat sesuatu yang mirip dengan mayat manusia.

Wen xiao liu mengeluh sambil mencuci mangkuknya ” hidangan makanan selanjutnya akan berubah menjadi kotor, alih-alih menjadi bersih mulai sekarang. Kenapa harus mencuci setiap selesai makan?  jika seseorang makan dengan mengunakan mangkuk yang sama, itu tidak akan kotor, sehingga seseorang hanya mencuci sekali dalam beberapa hari.”

Wen xiao liu tidak pernah merapikan tempat tidurnya setiap pagi. Jika dia harus melipat selimut, setiap malam itu akan kembali berantakan jadi buat apa dia menambah pekerjaan untuk dirinya. Siapa yang begitu bodoh? Dia mungkin saja dapat lolos tanpa merapikan tempat tidurnya, tetapi dia tidak tetap harus membersihkan semua kotoran jika tidak, Lao Mu sudah pasti akan menghantamnya.

Xiao Liu kembali mengeluh sambil mengeringkan semua mangkuk-mangkuk yang telah di cucinya dalam sekali pegang, mengangkat embernya sebelum berjalan pulang, sesaat matanya menatap ke arah seberang sungai.

Orang-orang di kota Qing Shui telah terbiasa melihat orang mati lebih banyak daripada jumlah orang-orang yang makan berasal dari luar kota. Bahkan anak kecil pun sudah terbiasa.

Klinik Hui Chun bukanlah klinik besar tetapi Wen Xiao Liu adalah seorang yang ahli dalam mengobati “ketidak suburan”. Dari sepuluh wanita yang datang kepadanya untuk berobat, enam atau tujuh orang dapat di sembuh kan olehnya sehingga usaha kliniknya termasuk cukup baik.

Setelah sibuk sekitar setengah hari, siang itu Wen Xiao Liu berkeliling di halaman belakang, mengerakan badannya setelah duduk untuk waktu yang cukup lama.

Ma Zi sedang memilah tanaman herbal di halaman belakang sambil menunjuk ke arah pintu “seorang pengemis tadi singgah dan aku melemparkan setengah biskuit ku kepada dia.”

Xiao Liu mengangguk dan diam tidak berbicara. Api di dapur hanya di nyalakan dua kali sehari yaitu pagi dan malam. Sehingga Xiao Liu hanya mengambil biskuit dan segayung air yang berada di dalam ember sebelum kembali berjongkok di pintu dan memandang keluar sambil makan.

Di depan pintu seorang pria tergeletak di atas tanah. Bajunya kotor, rambutnya kusam, kulitnya terdapat goresan dan luka dan pria itu juga tertutupi oleh kotoran. Selain dari bentuk luarnya yang mirip manusia, yang lainnya tak tampak.

Xiao Liu memincingkan mata dan yang tampak hanyalah jejak debu yang sudah kering karena terkena matahari. Pengemis itu sepertinya berasal dari seberang tepi sungai. Xiao Liu menaikan alis matanya dan meneguk air minumnya sehingga dapat membantunya untuk menelan biskuit keras yang berada di dalam tenggorokannya.

Dia memandang dari sudut matanya, sesosok hitam itu sepertinya bergerak pelan. Xiao Liu berbalik melihat ke arah pengemis, sasaran yang di lemparkan Ma Zi lumayan juga. Biskuitnya mendarat tepat di dekat badan pengemis tetapi dia terlihat tidak memiliki tenaga yang cukup untuk meraihnya sehingga itu hanya tergeletak di sana.

Xiao Liu mengunyah biskuit dan melihatnya. Setelah lewat beberapa menit, Xiao Liu menghabiskan biskuitnya, melap sisa remahan dengan lengannya, menepuk kedua tangannya dan mencuci tangannya dengan menggunakan air yang di gayung dari ember. Dia bersenandung dan pergi ke dalam klinik.

Saat itu hari telah malam ketika Xiao Liu kembali pulang. Semua orang memulai makan malam dengan bersuara.

Xiao Liu selesai makan, memakai punggung tangannya untuk mengelap mulutnya sebelum tangannya mengelap bajunya. Dia bermaksud untuk kembali ke kamarnya tetapi sepertinya kakinya memiliki tujuan lain dan melangkah keluar melalui pintu belakang. Ma Zi bertanya “Abang Liu, kemana kau pergi?”

“Berjalan – jalan sehabis makan untuk pencernaan”

Xiao Liu berjalan di sekitar sungai sambil bersenandung. Selama dia berjalan di lapangan rumput, di sepanjang jalanan kecil, dia berhenti di dekat pengemis dan tidak sengaja menginjak biskuit yang terletak di dekatnya. Xiao Liu berlutut “Aku menginjak biskuit mu, apa yang dapat kulakukan untuk mengantinya?”

Pengemis itu tidak merespon dan Xiao Liu menatap ke langit di atas. Bulan sabit tergantung dingin di hamparan luas langit malam, seolah langit terlihat seperti tersenyum mengejek kepada makhluk hidup yang tinggal di bawah.

Ini adalah bagian pertama bab satu yang saya terjemahkan.

Credit:

Ms Koala sebagai referensi sumber yang menerjemahkan ke dalam bahasa inggris

Novel asli buku karya Tong Hua dalam tulisan mandarin.

Thank you for reading and please give your comment ^____^

 

 

 

 

 

 

 

Touch the heart by words